Quinn Salman sudah menunjukkan bakat luar biasa sejak kecil. Ia pertama kali mencuri perhatian publik saat menjadi pengisi suara dan penyanyi cilik di berbagai acara televisi anak-anak. Dengan suara yang khas dan kemampuan berakting yang natural, ia cepat dikenal di industri hiburan tanah air.
Di usia sembilan tahun, Quinn membintangi beberapa serial televisi dan iklan komersial. Ia bukan hanya tampil sebagai wajah cantik di layar, tetapi juga membawa karakter yang emosional, penuh makna, dan menyentuh hati penonton.
1.2 Terobosan Lewat Film Jumbo
Peran besar Quinn datang saat ia dipercaya memerankan tokoh utama dalam film Jumbo (2023), sebuah film drama keluarga yang mengisahkan persahabatan antara seorang gadis muda dan seekor gajah di kawasan konservasi. Perannya sebagai Rara, gadis yatim piatu yang memperjuangkan perlindungan satwa, membawa Quinn ke berbagai festival film internasional.
Film tersebut mendapat pujian kritikus dan sukses secara komersial. Akting Quinn dinilai matang, emosional, dan membawa lapisan dalam pada karakter yang kompleks.
“Di Jumbo, saya belajar banyak tentang emosi anak yang kehilangan dan menyatu dengan alam. Tapi saya tidak menyangka tantangan di panggung musikal justru lebih berat,” kata Quinn.
BAB 2: Keluarga Cemara Musikal, Tantangan Baru yang Menggoda
2.1 Revitalisasi Cerita Legendaris
Keluarga Cemara, yang pertama kali hadir dalam bentuk sinetron tahun 1996 dan sukses sebagai film layar lebar pada 2019, kembali dalam bentuk baru: musikal panggung. Adaptasi ini diproduksi oleh Visinema dengan menggabungkan unsur musik, teater, dan teknologi modern.
Pertunjukan ini bukan sekadar drama musikal biasa, tetapi usaha membangun kembali kehangatan nilai keluarga dengan format baru yang menyentuh generasi Z.
2.2 Quinn Dipilih Jadi Ara
Dalam produksi musikal ini, Quinn dipercaya memerankan Ara, anak bungsu keluarga Abah dan Emak. Peran Ara bukan sekadar lucu dan menggemaskan, tapi juga mewakili suara batin anak-anak yang tumbuh di era media sosial.
“Saya sangat bangga dan gugup ketika ditawari peran Ara. Ini karakter yang sangat disukai banyak orang. Saya tahu saya harus memberikan sesuatu yang berbeda, bukan hanya meniru,” ujar Quinn dalam sesi wawancara dengan tim produksi.
BAB 3: Tantangan Emosional dan Fisik di Balik Layar
3.1 Latihan Intens dan Penyesuaian Diri
Berbeda dengan film, teater musikal menuntut aktor untuk berakting, bernyanyi, dan menari secara langsung tanpa take ulang. Proses latihan yang ketat dilakukan selama tiga bulan penuh.
Quinn mengaku sempat menangis pada minggu-minggu awal latihan karena merasa tidak percaya diri.
“Saya pikir karena saya sudah biasa di kamera, saya bisa lebih mudah di panggung. Ternyata tidak. Panggung itu hidup, dan kamu tidak bisa sembunyi,” katanya.
Ia harus belajar teknik vokal baru, penguasaan panggung, dan berlatih koreografi selama berjam-jam setiap hari. Salah satu tantangan terbesar adalah menyanyi sambil menangis — sesuatu yang ia anggap sangat sulit secara teknis dan emosional.
3.2 Tantangan Menjadi Ara di Era Sekarang
Ara dalam versi musikal bukan sekadar anak kecil polos, tetapi menjadi representasi anak yang beradaptasi dalam keluarga yang terus berpindah dari kota ke desa. Ia punya kompleksitas: rasa kecewa, cemas, hingga kehilangan arah. Quinn mengaku harus menggali pengalaman pribadinya untuk membangun koneksi dengan karakter ini.
BAB 4: Momen Paling Emosional di Panggung
4.1 Adegan “Surat Untuk Abah”
Dalam salah satu adegan, Ara menulis surat untuk Abah yang sibuk bekerja dan mulai jauh dari keluarga. Di sinilah, Quinn harus menyampaikan pesan penuh haru sambil menyanyi solo.
“Saya melihat penonton menangis. Saya juga hampir menangis di tengah lagu. Tapi saya belajar mengendalikan emosi agar suara saya tidak pecah,” kata Quinn.
Adegan ini menjadi highlight pertunjukan dan menuai pujian luas dari kritikus teater. Beberapa menyebut Quinn sebagai the future of musical stage acting in Indonesia.
4.2 Ketakutan Akan Gagal di Tengah Pertunjukan
Pada penampilan keempat, Quinn sempat mengalami kecelakaan kecil saat naik tangga panggung, hampir terpeleset. Ia tetap melanjutkan adegan dengan tenang, namun mengaku sangat terpukul setelahnya.
“Saya merasa gagal. Tapi semua pemain lain mendukung saya. Itulah yang membuat saya mencintai teater: kebersamaan.”
BAB 5: Respons Publik dan Media
5.1 Pujian dari Kritikus
Musikal Keluarga Cemara disambut hangat. Kritikus dari Kompas, Tempo, hingga majalah seni Teater Indonesia menyoroti penampilan Quinn sebagai energi segar di panggung seni pertunjukan.
“Quinn membawa Ara ke level emosional yang belum pernah ditampilkan sebelumnya. Tidak hanya bermain, tapi ia hidup sebagai Ara.”
5.2 Fans dan Dukungan Keluarga
Dukungan dari fans Quinn sangat besar. Banyak yang datang ke pertunjukan berulang kali hanya untuk melihat aktingnya. Bahkan ada fans dari Singapura yang terbang khusus demi menonton pertunjukan tersebut.
Orang tua Quinn juga turut hadir dan mendokumentasikan setiap perkembangan anak mereka.
BAB 6: Antara Film dan Teater — Dua Dunia Berbeda
Quinn menyatakan bahwa bermain teater telah membuka cara pandangnya terhadap seni peran.
“Film itu seperti lukisan, bisa diedit dan diperbaiki. Teater adalah pertunjukan langsung, seperti lukisan hidup yang tak bisa dihapus. Kamu harus hadir sepenuhnya.”
Ia mengaku ingin terus aktif di kedua medium tersebut, namun tidak menutup kemungkinan menjajal teater musikal internasional di masa depan, terutama di Singapura dan Australia.
BAB 7: Inspirasi untuk Anak Muda dan Harapan ke Depan
7.1 Pesan Quinn untuk Generasi Z
Quinn menyadari banyak anak muda ingin terjun ke seni peran tapi merasa minder.
“Jangan takut gagal. Saya juga sering merasa tidak cukup. Tapi kita harus percaya pada proses. Jangan cari validasi, tapi temukan suara sendiri.”
7.2 Harapan ke Depan
Quinn bermimpi bisa menyutradarai musikal sendiri, dan ingin mendorong lebih banyak karya yang menggambarkan psikologi remaja dengan jujur.
“Saya ingin bermain di cerita yang berani bicara soal keluarga modern, mental health, dan teknologi.”
BAB 8: Penutup – Quinn Salman dan Kekuatan Panggung
Musikal Keluarga Cemara bukan hanya panggung hiburan, tetapi ruang pertumbuhan bagi seorang artis muda bernama Quinn Salman. Dari layar lebar di film Jumbo ke panggung teater penuh lampu dan sorot penonton, Quinn membuktikan bahwa keberanian untuk mencoba hal baru adalah kunci evolusi seorang seniman.
Dengan karakter Ara, ia bukan hanya menampilkan akting yang menyentuh, tapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai keluarga, keberanian, dan kesetiaan dalam bentuk yang lebih relevan dan berani.
Sebagaimana Keluarga Cemara selalu mengajarkan, “harta yang paling berharga adalah keluarga” — Quinn Salman telah menambahkan satu hal lagi: “dan keberanian untuk berubah.”
Baca Juga : Ancaman Bom di Pesawat Saudi Airlines: Teror via Email dari Orang Tak Dikenal Gegerkan Bandara Internasional