Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah yang jatuh pada tahun 2025 ini menjadi momentum penuh makna bagi bangsa Indonesia. Selain sebagai hari besar keagamaan umat Islam, perayaan kali ini juga mencatat sejarah dengan kehadiran Presiden Prabowo Subianto untuk pertama kalinya sebagai kepala negara dalam Salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Prabowo, yang resmi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia beberapa bulan sebelumnya, hadir dengan penuh khidmat dan didampingi oleh jajaran penting, termasuk Sekretaris Kabinet. Kedatangannya ke masjid terbesar di Asia Tenggara ini menjadi simbol kedekatan negara dengan umat, serta penegasan atas komitmen pemerintahan baru terhadap nilai-nilai religius, kebersamaan, dan pengabdian.

BAB II: Kedatangan Presiden ke Masjid Istiqlal
Pagi itu, ribuan jamaah telah memadati halaman dan area utama Masjid Istiqlal sejak subuh. Suasana religius begitu terasa. Wajah-wajah penuh harap dan kekhusyukan menyambut tibanya waktu salat. Tepat sekitar pukul 06.30 WIB, iring-iringan kendaraan kepresidenan memasuki kompleks masjid.
Presiden Prabowo Subianto tampak mengenakan pakaian muslim berwarna putih dengan peci hitam khas Indonesia. Ia turun dari kendaraan bersama Seskab yang mengenakan baju koko serupa. Masyarakat yang berada di area luar sempat melambaikan tangan dan mengabadikan momen tersebut.
Pengamanan yang ketat namun tetap humanis dilakukan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Mereka memastikan jalannya ibadah berlangsung aman dan tertib, tanpa mengganggu kekhusyukan para jamaah.
BAB III: Suasana Salat di Masjid Istiqlal
Salat Idul Adha tahun ini di Masjid Istiqlal dipimpin oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar, dan khatib nasional Prof. Dr. Quraish Shihab. Ribuan jamaah memadati seluruh ruang utama hingga ke area luar masjid.
Takbir berkumandang menggetarkan hati sejak malam takbiran hingga pagi hari. Barisan salat terbentuk rapi. Prabowo terlihat berada di saf depan bersama pejabat negara lainnya. Ia mengikuti seluruh rangkaian salat dengan penuh khusyuk dan tenang.
Tak ada pidato resmi dari Presiden sebelum salat. Namun kehadirannya menjadi pesan tersendiri: bahwa negara hadir bersama rakyat dalam merayakan hari besar keagamaan, menegaskan pentingnya peran spiritual dalam membangun bangsa.
BAB IV: Isi Khutbah Idul Adha
Dalam khutbahnya, Prof. Quraish Shihab mengangkat tema “Kepemimpinan dalam Semangat Kurban”. Ia mengajak seluruh jamaah, termasuk para pemimpin bangsa, untuk meneladani sifat keikhlasan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail.
“Pemimpin yang baik bukan hanya mereka yang memerintah, tetapi yang rela berkorban demi kepentingan umat,” ucap beliau.
Khutbah ini menjadi sorotan karena terasa relevan dengan transisi kepemimpinan nasional yang tengah berlangsung. Masyarakat menilai, pesan-pesan tersebut seolah ditujukan langsung kepada Presiden Prabowo dan jajaran pemerintahan baru agar mengedepankan nilai-nilai empati, kerakyatan, dan spiritualitas dalam menjalankan tugas negara.
BAB V: Simbolisme Kehadiran Presiden
Kehadiran kepala negara dalam Salat Idul Adha bukan hanya bentuk ritual ibadah, tetapi juga representasi nilai-nilai kenegaraan. Dalam banyak tradisi Islam di dunia, pemimpin negara diharapkan menjadi teladan dalam menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Prabowo yang dikenal sebagai tokoh militer dan politik selama puluhan tahun kini muncul dalam peran barunya—sebagai pemimpin umat. Langkahnya memasuki Masjid Istiqlal, bersalaman dengan para ulama, duduk bersila di saf pertama, dan ikut menyimak khutbah, menjadi narasi baru tentang kedekatannya dengan akar religius masyarakat Indonesia.
BAB VI: Reaksi Jamaah dan Masyarakat
Antusiasme jamaah sangat tinggi. Banyak dari mereka merasa bangga bisa melaksanakan salat bersama presiden. Bagi sebagian warga, momen ini adalah pengalaman pertama melihat langsung sosok Prabowo dalam suasana keagamaan.
Rizal, jamaah asal Bekasi, mengungkapkan:
“Saya kagum, ternyata Pak Prabowo datang dan salat bareng kami. Rasanya dekat dengan pemimpin itu menenangkan.”
Netizen pun ramai membagikan momen-momen kehadiran Prabowo di media sosial. Foto dan video saat ia tiba di lokasi, bersalaman dengan para ulama, hingga duduk khidmat saat khutbah, viral dan mendapat beragam komentar positif.
BAB VII: Peran Seskab dalam Momentum Keagamaan
Seskab sebagai pendamping presiden dalam berbagai urusan pemerintahan juga turut ambil bagian dalam acara keagamaan ini. Sosoknya mendampingi presiden dari awal hingga akhir salat, sekaligus memastikan seluruh rangkaian berjalan lancar.
Dalam kapasitasnya, Seskab berperan menjembatani komunikasi antara lembaga eksekutif dan berbagai elemen masyarakat. Keikutsertaannya dalam kegiatan religius ini menegaskan bahwa nilai spiritual tak terpisahkan dari tata kelola pemerintahan.
BAB VIII: Kurban Presiden, Kurban Bangsa
Usai salat, diselenggarakan prosesi simbolik penyerahan hewan kurban dari Presiden kepada pengurus Masjid Istiqlal. Seekor sapi jenis limousin seberat lebih dari satu ton diserahkan oleh ajudan kepresidenan. Sapi tersebut akan disembelih dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat sekitar, kaum dhuafa, dan para pekerja informal.
Tradisi ini merupakan bentuk nyata dari ajaran kurban—berbagi kepada sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Presiden Prabowo tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga menyumbangkan bagian rezekinya untuk rakyat, sesuai prinsip Islam tentang pemerataan kesejahteraan.
BAB IX: Idul Adha dan Fondasi Kepemimpinan
Idul Adha mengandung nilai-nilai penting bagi seorang pemimpin: keikhlasan, pengorbanan, tanggung jawab, dan cinta kepada rakyat. Dalam konteks kepresidenan, momen seperti ini menjadi refleksi pribadi dan publik.
Prabowo sebagai presiden baru diharapkan tidak hanya menjalankan mandat konstitusi, tetapi juga menghayati dimensi spiritual dalam memimpin negeri. Kehadirannya di Masjid Istiqlal menunjukkan bahwa agama bukan sekadar aspek personal, tetapi fondasi moral dalam kepemimpinan.
BAB X: Harmoni antara Negara dan Agama
Di tengah dinamika sosial-politik yang kerap menimbulkan friksi, peristiwa seperti ini menjadi simbol penting keharmonisan antara negara dan agama. Tidak ada jarak antara pemimpin dan rakyat, tidak ada batas antara pemerintahan dan spiritualitas.
Masjid Istiqlal, yang berada tepat di seberang Gereja Katedral, juga merepresentasikan semangat toleransi dan pluralisme Indonesia. Salat Idul Adha yang dihadiri presiden memperkuat pesan bahwa Indonesia adalah rumah bersama bagi semua golongan, dan agama adalah pilar perekat kebangsaan.
BAB XI: Pesan Kenegaraan Pasca Salat
Meski tak menyampaikan pidato resmi di mimbar, Presiden Prabowo menyampaikan pesan singkat kepada media usai salat:
“Idul Adha mengajarkan kita tentang pengorbanan, tentang pentingnya mendahulukan kepentingan umat. Semoga kita semua bisa menjadi bangsa yang saling menguatkan, saling berbagi, dan terus maju bersama.”
Pernyataan itu singkat namun penuh makna. Publik menafsirkan ini sebagai komitmen bahwa pemerintahannya akan mengedepankan nilai solidaritas, keadilan sosial, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB XII: Refleksi Nasional dan Harapan Ke Depan
Hari Raya Idul Adha tidak hanya dirayakan dengan salat dan penyembelihan hewan, tetapi juga dengan perenungan mendalam atas nilai-nilai kehidupan. Di tengah berbagai tantangan nasional, kehadiran pemimpin dalam suasana religius memberi angin segar harapan bahwa arah negeri ini tetap berada di jalur moral yang benar.
Prabowo di Istiqlal menjadi simbol kebersamaan, bukan hanya antar umat Islam, tetapi seluruh elemen bangsa. Ia hadir sebagai bagian dari masyarakat, bukan hanya sebagai kepala negara. Dan ini menjadi fondasi penting dalam membangun kepercayaan publik pada pemerintahannya.
BAB XIII: Dokumentasi dan Sejarah Kepresidenan
Sejak era Presiden Soekarno hingga Joko Widodo, kehadiran kepala negara dalam salat Idul Adha di Istiqlal telah menjadi tradisi. Kini, di bawah kepemimpinan Prabowo, tradisi itu terus berlanjut, menunjukkan kesinambungan antara religiusitas dan kenegaraan.
Dokumentasi momen ini akan menjadi bagian dari catatan sejarah, baik bagi pribadi Prabowo maupun perjalanan republik ini. Dalam lembaran waktu, tindakan simbolis seperti ini kadang lebih berbicara daripada pidato panjang: bahwa pemimpin sejati hadir bersama rakyat dalam suka dan duka, dalam syariat dan realita.
Penutup: Kurban, Kepemimpinan, dan Kesejatian
Perayaan Idul Adha 2025 mencatat sejarah penting dengan kehadiran Presiden Prabowo Subianto di Masjid Istiqlal. Ia hadir bukan sebagai simbol kekuasaan, tetapi sebagai seorang muslim, seorang warga, dan seorang pemimpin yang hendak meneladani semangat Nabi Ibrahim.
Didampingi oleh Seskab, mengikuti salat berjamaah, mendengarkan khutbah, menyerahkan hewan kurban—semuanya adalah bagian dari narasi bahwa kekuasaan sejati bukan pada jabatan, melainkan pada kesediaan berkorban dan melayani.
Semoga kehadiran ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi menjadi titik awal dari kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai spiritual, etika publik, dan kemanusiaan.
Baca Juga : Menpar Widi Dampingi Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Kunjungi Museum Nasional dan Candi Borobudur